Rabu, 28 September 2011

Kay Nambiar from Valerius: Once A Model, Now A Full Time Musician

Hari ini gue mau nulis pengalaman gue waktu nguruusin promo sama 5 cowok asal Belanda yang punya nama Valerius.

Sebenernya awalnya gue nggak tau apa-apa soal Valerius. Band apa ya ini? Bagus nggak sih? Atau biasa aja?
Ternyata waktu diputerin single-nya "She Doesn't Know" gue langsung ngeh kalau itu ternyata yang nyanyi Valerius. Band yang anggotanya terdiri dari Jesse Nambiar (vocal, gitar), Kay Nambiar (gitar), Xander Vrienten (bass), Georgy Patrick (drum) dan Jelte Tuinstra (keyboard)ini ternyata orangnya asyik-asyik. Apalagi managernya namanya Jasper, juga baik banget. Senang banget bisa kenal sama mereka.

Seharian gue nemenin mereka sama tim dari Universal Music Indonesia promo ke beberapa media di Jakarta. Nah, gue langsung tertarik sama si gitaris nya nih si Kay Nambiar. Waktu difoto, dia ternyata bisa cepat menangkap arahan si fotografer, dan jadinya bagus. Terus, dari semua personil, dia the most fashionable person, padahal dandanannya biasa aja cuma singlet, jeans, dan sepatu bahan Suede.

Terus gue kepo dong nanya-nanya dia kenapa bisa berpose bagus di kamera. Jelte, si keyboardis, bilang kalau Kay itu model. Gue nggak percaya dong awalnya, eh benar juga ternyata dia bilang sendiri kalau dia itu dulu model catwalk yang sering nampang di banyak fashion week dunia salah satunya New York Fashion Week.



Kekepoan gue nggak berakhir begitu aja, gue langsung googling dan eng ing eng.....ini dia waktu si doski di New York Fashion Week 2009 pakai baju dari fashion brand G-Star (salah satu pemilik fashion brand itu adalah aktris Heather Graham).



Well, sekarang nggak usah kita lihat si Kay Nambiar sebagai model. Now he's a full time musician with Valerius. Soalnya waktu gue tanya lagi kenapa nggak nerusin aja jadi model, dia cuma bilang gini: "I really want to serious in music, so I quit modelling". Nggak salah juga dia ninggalin modelling, karena musik Valerius juga asyik banget buat didengerin. Albumnya di Indonesia baru rilis di bawah naungan Universal Music Indonesia, dan nggak nyangka waktu mereka main di Java Soulnation Festival 2011 tiga hari berturut-turut nggak pernah sepi. Fans mereka di Indonesia buanyaaaaakkkkkkkkk cuy.


(L to R: Jasper (manager), Jelte Tuinstra (keyboard), Georgy (drums), Kay Nambiar (guitar), Me, Jesse Nambiar (vocal, guitar), and Xander Vrentien (bass)

Kalau belum punya albumnya lo semua pasti dijamin ketagihan dengerin semua track nya. Gue recommend lagu "She Doesn't Know" ,"Whenever", dan "Greenlight". Beat nya asyi, sebuah pop rock music ala Tahiti 80's yang nggak ngebosenin.

Eh btw ini bukan promo lho ya, tapi memang kenyataannya musik Valerius memang bagus. Well, good luck for your music Valerius. And for Kay, be a good rockstar, man. And thanks for approve my friend request on Facebook. Let;s keep in touch.

Mungkin buat lo yang belum tahu mereka, ini link You Tube mereka:

http://www.youtube.com/watch?v=rA5MsbxxL3A

atau follow Twitter mereka di @valeriusonline buat tahu kegiatannya :)

Kamis, 08 September 2011

Facing The Next Level

Alhamdulillah akhirnya bisa update Blog lagi, udah gatel tangan ini pengen ngetik buat sharing lewat tulisan. Gara-gara waktu yang bener-bener unpredictable sejak kerja di ibukota tercinta ini.

Well,seteah 7 bulan bekerja di salah satu label musik di Jakarta,gue akhirnya memutuskan untuk mengundurkan diri dari situ. Alsannya simple, I thing this job is not my field. Setelah berjuang mati-matian menyukai pekerjaannya, berusaha santai, dan juga berusaha fokus tetep aja nggak bisa dijalanin. Daripada gue tambah bikin perusahaan males lihat kinerja gue, terpaksa deh gue mengundurkan diri. Jujur, kerja di sini sungguh luar biasa suasananya....ASYIK!!!!! Udah kayak keluarga ke-2.

Nah sekarang saatnya gue harus menghadapi level yang menyetreskan, kembali mencari kerjaan lain yang sesuai dengan kesukaan gw yaitu ......jurnalis dan dunia tulis menulis. Buat gue, dunia tuis menulis udah nggak bisa dipisahin, bahkan gue pengen banget bikin novel sendiri atau sekedar kumpulan cerita iksi yang menarik. Mungkin itu pelan-pelan dulu kali ya, secara gue masih amatir banget. Sebenarnya sampai sekarang gue belum diterima di kantor apapun, even gue udah melakukan test lengkap di salah satu perusahaan media besar di Indonesia.

Ketar-ketir, itu yang gue rasain sekarang, gimana kalau gue nggak keterima? Gimana kalau gue kecewa?
Itu semua adalah ketakutan gue yang belum terjadi. Tapi gue langsung tawakal, gue selalu berdoa yang terbaik untuk gue, karena gue tau nyari kerjaan di Jakarta susah banget. Pengalaman gue yang 4 tahun aja bisa nggak dilihat (soalnya gue udah pernah ngerasain 3 kali interview di perusahaan media prestis hasilnya gak keterima karena alasannya, dandanan gue kurang lifestyle). Yah....memang ternyata di situ penampilan no. 1 bukan skill yang diutamakan, bocoran aja nih.....banyak yang gak bisa kerja diterima di situ.

Sampai sekarang gue masih terus berharap, berdoa, dan yakin kalau gue bisa, tinggal Allah SWT aja yang menentukan. Keingetan sama teman gue, kalau dalam hati dan di doa kamu yakin, Insya Allah jalan bakal lancar. Sekarang, gue harus siap menghadapi level ini level yang bikin ketar-ketir, tapi kalau nggak menghadapi ini bisa jadi gue nggak berkembang dan sadar akan perjuangan menghadapi kerasnya Jakarta.

I just love my life that I've taken :)

Minggu, 29 Mei 2011

Nostalgia Thriller 90's di "Scream 4"



Saturday Night memang menyenangkan. kenapa??? Karena libuuuuuuurrrrrrrrrrr!!!!!!! Except, nggak punya pacar (sedih banget hidup gue).

Tapi, nggak perlu sedih nggak punya pacar, because I have so many best friend in here, jadi nggak sedih lagi deh ha-ha-ha. Okay, selama seharian gue ke GI buat lihat diskon gede-gedean dalam rangka ulang tahun GI yang ke-2. After muter-muter nggak jelas, dapet deh dua kaos di Coconut Island. (penting ya di share??? Iseng nulis aja sih hi-hi-hi)

Well, gue nggak mau cerita tentang diskon di GI, tapi gue mau review sedikit soal film yang gue tonton malam minggu kemarin which is "Scream 4". Seneng banget akhirnya film ini masuk Indonesia, karena gue penggemar berat film thriller dan slasher. Satu lagi, gue pengen nostalgia ke tahun 90'an karena Wes Craven pertama kali membuat film horor remaja berjudul "Scream". Jaman itu gue masih SD dan masih belum boleh lihat film yang 17 tahun ke atas, dan jaman dulu nonton masih di harga 4.500 perak aja lho.




After 3 sequel (sequel terakhir "Scream 3" tahun 2000), muncul lagi "Scream 4" yang jarak pembuatannya 11 tahun. 3 pemain inti masih memainkan perannya dengan baik, Neve Campbell as Sidney Prescott, David Arquette as Dewey Riley, dan Courtney Cox as Gale Wheaters - Riley. Di film ini pattern ceritanya masih sama, pembunuh serial yang hobi membunuh murid-murid high school. Setelah 10 tahun dari kejadian di film "Scream 3", Sidney Prescott kembali ke Woodsboro untuk mempromosikan bukunya, sekaligus di sana sedang ada perayaan "The Woodsboro Murder" dengan pembunuh yang disebut "Ghostface". Ternyata, pembunuhan itu kembali terjadi dengan korban pertama 2 siswa SMA Woodsboro. Woodsboro yang sudah aman kembali menjadi tidak aman, dan tetap mengincar Sidney Presscott yang jadi korban utama.



Gue tadinya berpikir, pasti sama aja kualitasnya sama "Scream 3" yang biasa aja, tetapi gue salah, justru film "Scream 4" ini back to root yang ada di film "Scream". Walaupun banyak klise ala film thriller/slasher, cerita dan dialog di film ini benar-benar pintar. Neve Campbell contohnya masih memerankan Sidney Prescott dengan baik dan tampangnya masih sama kayak 10 tahun yang lalu walaupun udah aslinya udah berumur 38 tahun (AMAZING!!!!!).Dan yang paling seru di film ini,Wes Craven mencoba menyindir film thriller/slasher yang punya banyak sequel (kalau kalian perhatiin pasti tau film apa itu. Jangan lewatkan juga akting Emma Roberts yang keren (believe me,patut diacungin jempol). Banyak kejutan di film ini, jadi kalau udah mulai curiga siapa pembunuhnya, dijamin bakal kaget who the hell is the real Ghostface.



Finally, after keluar bioskop, rasanya masih kagum sama film ini. Wes Craven berhasil mengembalikkan era film thriller 90's (kebanyakan penontonnya aja punya tampang 90's). Jadi lupakan film-film horor yang yang menampilkan kuntilanak dan pocong plus adegan syur yang nggak layak tonton. Mendingan nonton "Scream 4". Dan pesan buat orang-orang pajak,please banget deh selesaiin tuh masalah pajak. Bioskop semakin sepi, kasian kan film-film bagus dari Hollywood gak tayang di sini, kasian juga pengelola bioskop. PEOPLE NEEDS ENTERTAINMENT!!!!!

*kenapa gue jadi emosi ya???? Hahahaha

Rabu, 18 Mei 2011

Intrik Persahabatan Ala Backpacker di Film "Dear Galileo"




Semua orang pasti punya impian pergi ke luar kota. Nggak tua ataupun muda pasti selalu pengan mengunjungi tempat impian mereka. Bahkan sekarang ada cara paling murah (tapi banyak menyiksanya) yaitu Backpacking. Orang yang melakukannya biasa disebut backpacking. Seru nggak sih? Pasti seru.

Seperti film produksi Thailand, "Dear Galileo", film ini menceritakan tentang dua orang cewek yang berkelana keliling Eropa untuk berpetualang dengan cara backpacking. Ceritanya Noon dan Cherry, dua sahabat yang mempunyai masalah masing-masing ingin melepas kegalauan mereka dengan cara mengunjungi Eropa. Cherry kena skors di sekolahannya selama setahun hanya karena memalsu tanda tangan gurunya. Sedangkan Noon ingin sekali melupakan mantan pacarnya yang bernama Tum. Mereka melakukan perjalanan yang nekad, uang pas-pasan, bekerja sebagai pelayan restoran yang harus menghindar dari petugas imigrasi (karena nggak boleh bekerja kalau visa nya bukan visa pekerja).

Selama berbulan-bulan mereka sempat bertengkar karena tiket pulang Cherry dijual untuk biaya tambahan. Noon yang marah besar akhirnya mencari kegiatan lain di luar dan bertemu cowok Thailand yang tinggal di Paris bernama Supit. Layaknya film drama, akhirnya mereka saling jatuh cinta. Setelah Noon dan Cherry baikan (gara-gara Noon jatuh sakit) kedua sahabat ini akhirnya bersatu lagi melanjutkan petualangan mereka di Eropa.

Di film ini menurut gue cukup adil menggambarkan keadaan backpacker. Kadang-kadang kita berpikir, seru kali ya kalau keliling dunia dengan budget minim dan cuma bermodalkan tas ransel. Memang tampaknya seru, tapi di film ini menunjukkan bagaimana nggak enaknya jadi backpacker. Salah satunya, menyambung hidup menjadi pekerja ilegal di restoran, gaji yang harus dipotong membayar sewa padahal gaji juga nggak seberapa, dan juga keadaan yang nggak enak lainnya.

So far, cerita film ini kuat, nggak cuma menggambarkan persahabatan aja tapi juga menggambarkan kalau kita nggak boleh egois dan punya tujuan hidup. Apa yang kita cari dan apa yang kita mau, sekaligus pentingnya menjaga emosi. This is very recommended movie.

Senin, 09 Mei 2011

Warkop Plus Suami Suami Takut Istri Versi Thailand



Okay back to writing after a long time not writing my blog (padahal baru seminggu nggak nulis). Sekarang gue masih sebal sama pemerintah karena masalah pajak film yang nggak selesai-selesai sampai pada akhirnya bioskop jadi memutar film yang sama sekali nggak bermutu (film Hollywood lho maksudnya). Mau nonton film Indonesia tapi yang ada malah film “Pocong Mandi Goyang Pinggul”, hadeeuuuhhhh lihat judulnya aja males banget nonton film ini even pemainnya Sasha Grey.

Bingung mau nonton apa, akhirnya gue sama dua teman gue ke Blitz Megaplex siapa tahu aja ada film Asia yang bagus, karena gue ketagihan nonton film komedi Thailand after I watched “Crazy Little Thing Called Love”. Dan akhirnya ada film Thailand baru judulnya “Lulla Man”, kita bertiga nonton film itu. Gue pikir nggak akan selucu “Crazy Little Thing Called Love”. But I was wrong.

Kalau kalian sering lihat film warkop atau serial “Suami Suami Takut Istri” kalian bakal senang sama film ini. Jujur film ini bikin gue ketawa di setiap scene. Ceritanya ada 3 cowok yang sudah menikah dan tinggal dalam satu rumah, mereka semua bersahabat dan hobi selingkuh. Apalagi berganti-ganti pasangan juga selingkuhnya. Yang paling gue ngakak waktu ketiga cowok ini punya selingkuhan tapi ceweknya sama, dan jujur ceweknya itu jijik abis mau sama siapa aja bahkan sama cowok berkulit hitam (yang tiba-tiba temen gue bilang itu asalnya dari Jamaica gara-gara rambutnya gimbal, padahal bisa aja itu dari Papua). Terus adegan ngumpet di kamar mandi gara-gara suami si cewek itu muncul, ketiga cowok itu bertemu juga sama cowok yang kata temen gue dari Jamaica,dikiranya nggak bisa bahasa Thai ada adegan mengejek, eeeeehhh nggak taunya cowok Jamaica itu bisa fasih bahasa Thai pada akhirnya ejek-ejekan. Ada lagi adegan lebay yang juga bikin ngakak, salah satu cowok itu ketahuan bawa cewek di mobilnya terus bilangnya cewek itu hantu, pas ngerem mendadak cewek selingkuhannya kejedot sandaran kursi. Yang bikin lebay kejedot sandaran kursi saja sampai berdarah-darah semuka. Ya bener si istrinya waktu lihat itu bentuknya kayak kuntilanak.

Walaupun kayak warkop, kekuatan film ini adalah ceritanya yang teratur dan juga dialog yang bikin ketawa. Jarang ada kan film komedi seperti ini, biasanya Cuma mengandalkan slapstick dan adegan konyol saja tapi cerita nggak nyambung. Cocok banget buat yang lagi stress sama kerjaan terus nonton film ini, dijamin TERHIBUR!!! Pas banget, gue sama teman-teman gue waktu nonton film ini lagi stress banget sama kerjaan. Lumayan lah terhibur. Walaupun seterusnya juga stress setiap hari. Kapan gue nggak stress ya???

Rabu, 04 Mei 2011

Dilemma Antara Passion dan Just Taking A Job and Learn

Orang bijak pernah berkat bahwa semua pekerjaan itu nggak ada yang gampang. Itu memang benar. Sekarang ini mencari pekerjaan itu susah dan perusahaan agak susah menerima karyawan yang pengalamannya masih cupu. Sebenarnya apa sih yang dibutuhkan untuk bisa tembus di dunia pekerjaan? Gampang kok jawabannya, that is ‘SKILL’. Kemampuan itu bisa didapakan kapan saja, bisa dari baca buku, pengalaman di kuliah mengikuti organisasi, sampai internship dimanapun.

Everybody wants the dream job, nggak nyalahin kok. Apalagi bisa tembus kerja di Jakarta. Well, itu semua memang wajar, but let me share first. Sudah 3 bulan ini gue kerja di Jakarta, dan bidang kerja gue jauh banget sama bidang kerja gue yang di Semarang yait media cetak (majalah). Awalnya gue biasa aja dan cenderung suka, lama kelamaan, gue merasa ada yang aneh dalam diri gue. Biasanya gue nggak pernah kerja dibawa stress. Tapi setelah 3 bulan gue jadi stress sendiri dan takut banget kalau masuk kantor apalagi hawanya deg-degan ya luar biasa. Gue coba menghilangkan stress itu dengan menulis di laptop, anehnya setelah nulis stress itu hilang. Gue coba tanya sama admin di account Twitter @MotivaTweet yang sering ngasih motivasi kerja di Twitter. Gue iseng nanya gimana kalau kerjaan nggak terlalu dibawa stress. Dia jawab “Suka Nggak sama kerjaannya?”. Gue jawab lagi kalau gue newbie. Dan dia jawab lagi “Kalau tubuh kamu menandakan sinyal stress berarti nggak suka sama kerjaannya.”. Dan gue pun seperti ditonjok.

Anyway what I want to share is, jangan sampai lo kerja tapi sebenernya bukan passion lo. Gue sampai sekarang masih dilemma antara gue kerja di sini tapi bukan passion gue setelah ngeliat kerjaannya, tapi kalau nggak gini gue nggak bisa ke Jakarta dulu untuk kerja. Impian gue bangetkalau kerja di Jakarta. Kalaupun learning by doing itu memang harus but kita harus suka dulu sama kerjaannya. Sekali lo nggak suka sama kerjaannya mau beli buku setumpuk sama learning by doing, nggak akan berjalan lancar. Mungkin gue nggak nggak tau sampai berapa lama gue akan bertahan di tempat baru gue ini,kalaupun ada tawaran yang lebih baik dari ini yang sesuai passion gue di dunia tulis menulis which is media. Gue akan dengan berat hati mundur dari perusahaan yang sekarang. Demi kerjaan yang lebih baru yang asyik sesuai passion gue. Jadi, tentukan passion lo dari sekarang biar nggak menyesal belakangan. Love your job and love your passion. Don’t like me, taking a job Cuma gara-gara gue udah ngebet kerja di Jakarta tapi nggak sesuai dengan passion gue.

Minggu, 24 April 2011

New Job,New Resposibilities,New Rempong

Okay...
Kembali menulis blog lagi, dan sebal banget karena account di Wordpress diblokir karena kena violation. Gue bingung sejak kapan gue masukin unsur kekerasan di blog? Beton kali keras.

Alright,memang jodoh nge-blog gue di Blogger, dan gue akan share cerita-cerita seru.
First of all, now I'm move to Jakarta. Tujuan gue pindah adalah mengadu nasib layaknya TKI/TKW atau yang biasa dikenal sebagai pahlawan devisa waktu merantau di negri orang. Sekarang gue kerja di salah satu recording label bertaraf internasional sebagai promotion staff khusus online media untuk lokal dnn internasional products.

Excited banget bisa bergabung di sini. Tapi jujur gue sama sekali gak ada pengalaman di bidang marketing and promotion. Jadinya gue kerja just go with the flow. Kaget? Bener banget, gue sebenernya nggak kaget sama kerja di Jakarta yang keras bagaikan di medan perang (lebay ah), tapi kagetnya adalah di sini gue bener-bener ngerasain multitasking yang luar biasa rempong. Awalnya sih semangat, lama-lama kok gedubrakan sendiri.

Well namanya juga belajar,mudah-mudahan gue sendiri betah di tempat baru ini, baru 2 bulan cyyyiiinnnnn.....

Wish me luck ya....